Saudaraku cerita ini
saya sadur dari buku : Babad Tanah
Sunda / Babad Cirebon.
Penyusun : P.S. Sulendraningrat.
Mohon maaf bila ada kekhilafan dalam penyuntingan atau alur cerita.
1.
NEGARA PAJAJARAN
Pertama – tama yang diceritakan perjalanan hidup Pangeran Walang
Sungsang, hingga datang ceritaan Yang Sinuhun Susuhunan Cirebon.
Adapun yang dibuka oleh cerita ini adalah menceritakan suatu Praja /
Kerajaan di Pejajaran Ratu Agung tanah Sunda yang bernama Sri Sang Ratu Dewata
Wisesa, masyhur di sebut : “ Sri Maha Prabu Siliwangi “. Beristri tiga
orang : Ambetkasih, Aci Bedaya, dan
Permaisuri Ratu Subanglarang. Sang Prabu berputra empat puluh orang.
Ambetkasih istri pertama putri Ki Gedeng Sindangkasih, seorang Syah Bandar
di Cirebon yang sangat terkenal dan mempunyai kekuasaan yang kuat dan besar.
Subang larang istri kedua putri Ki Gedeng Tapa, cucu dari Ki Gedeng
Sindangkasih. Subanglarang sebagai permaisuri Sang Baduga Prabu Siliwangi. Berputra
tiga orang : Raden Walangsungsang, Nyai Larasantang, dan Raden Raja Sangara.
Acibedaya / aciputih putrid dari Ki Dampu Awang
Pada suatu pasewakan agung di
mana semua sentana raja menghadap Sang Prabu bersabda : “ Wahai anakku
Walangsungsang , aku lihat engkau bermuram durja , semu prihatin tidak sama
dengan sesama yang kumpul duduk. Apa yang menjadi kesedihan engkau, bukankah
engkau calon Prabu Anom yang bakal memangku Negara ? atau ada putri yang engkau
inginkan, beritahu saja sama kanjeng rama
putri mana yang engkau sukai, jangan engkau bersedih hati tidak baik bagi seorang
pangeran bersedih hati, hanya akan membuat pribawa kraton suram “.
Sang putra menjawab dengan kidmad sambil menundukkan kepala : “ Duhai
Gusti, murka Dalem yang hamba mohon, karena tadi malam hamba bermimpi bertemu
dengan seorang lelaki yang elok dan Agung memberi wejangan Agama Islam sareat
Jeng Nabi Muhammad yang jadi utusan Yang Widi, namun menyesal sekali belum
tuntas hamba telah terjaga. Sekarang hamba rindu sekali kepada Agama Islam ,dan
ingin belajar mengingat tidak adanya guru untuk meneruskan pelajaran Agama
Islam itu , maka mohon izinkan hamba untuk mencari “.
Sang Prabu berkata sambil tersenyum : “ Wahai Walang sungsang anakku
engkau anak muda jangan terlanjur,
engkau kena sihir , kena bius Muhammmad yang mengaku anutan , yang jadi dutanya
Widi, sungguh dusta seenak nafsunya , karena anutan itu sesungguhnya ya : “ Yuang Brahma, Yuang Wisnu “ itu
sesungguhnya agama Dewa yang mulia. Yang Jagat Nata Pangerannya orang
setriloka. Sejak dahulu hingga sekarang para leluhur tidak menghendaki robah “.
Walangsungsang menjawab sambil menyembah : “ Duhai Gusti mohon ampunan
Dalem, pengerian , kebijaksanaan dan pemaafan Dalem yang hamba mohonkan, karena
hamba lebih condong / suka sareat Jeng
Nabi Muhammmad dan sesungguhnya Illahi yang wajib disembah itu melainkan Allah
yang tiada sekutu sesama yang baharu ( makluk ) “.
Sang Prabu murka , karena Sang Putra tidak patuh, bertentangan dengan
agamanya . sang Putra dimarahi dan diusir dari Praja Pejajaran.Walangsungsang
menjadi suka hati , segera pamit , menghindar dari hadapan Sang Prabu keluar
sudah dari Istana, terus berjalan masuk hutan keluar hutan naik gunung turun
gunung menuju kearah timur .
Ratu Mas Rarasantang sedang rindu kepada kakaknya, Walangsungsang ,
menangis siang malam selama empat hari akhirnya Rarasantang bermimpi bertemu
dengan seorang lelaki pula yang berupa satria lagi berbau harum memberi
pelajaran agama Islam, menyuruh berguru sareat Jeng Nabi Muhammad dan diramal
kelak mempunyai suami Ratu Islam dan akan mempunyai anak lelaki yang punjul . Rarasantang
segera terbangaun , ingat kepada impiannya
lalu keluar dari kraton ,tanpa ada yang tahu menyusul kakaknya
Walangsungsang terus berjalan.
Diceritakan didalam kraton geger panik, karena Sang Putri menghilang
meloloskan diri tanpa bekas . Jeng Ratu Subanglarang sangat sedih hatinya
menangis menyungkemi Sang Prabu karena kedua putranya hilang. Sang Prabu kaget
sekali, segera memanggil menghadap seluruh para putra sentana, Patih , Bupati,
para wadya berkumpul Sang Prabu berkata : “ Hai Patih Argatala , Dipati Siput,
sekarang carilah Putraku, Dewi Rarasantang hilang dari kraton dan
Walangsungsang disuruh pulang. Sungguh jangan pulang bila tidak membawa kedua
putraku “.
Patih Argatala menjawab sendika. Ia segera keluar dari kraton
mengumumkan kepada seluruh para wadyabala di Pajajaran. Seluruh rakyat Pajajaran geger dan panik
lalu seluruh sentona punggawa
menyebar keberbagai penjuru mencari kedua putra Sang Prabu. Patih Argatala
mencarinya dengan laku bertapa menuruti perjalanan pendeta. Dipati Siput
mencarinya memasuki hutan menuruti perjalanan khewan. Para putra pada bertapa
atau berlaku sebagai dukun, sebagian membangun kerajaan. Para wadyabala bubar
ke masing – masing tujuannya mereka takut tidak berani pulang sebelum mendapat
karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar